A. Kaidah “المشقة تجليب التيسير” (Kesukaran mendatangkan kemudahan)
Kaidah ini disebutkan As-suyuthi dalam karya nya Al-asybah wa an nazha’ir. As-suyuthi mengomentari kaidah ini dengan pernyataan : kaidah ini adalah satu dari lima kaidah induk yang menjdi landasan acu berbagai hukum konkret dalam fiqih ,kelima tersebut adalah berikut :
اليقين لايزولـــــ باالشك
Kaidah ini disebutkan As-suyuthi dalam karya nya Al-asybah wa an nazha’ir. As-suyuthi mengomentari kaidah ini dengan pernyataan : kaidah ini adalah satu dari lima kaidah induk yang menjdi landasan acu berbagai hukum konkret dalam fiqih ,kelima tersebut adalah berikut :
اليقين لايزولـــــ باالشك
‘‘ Keyakinan tidak dapat di gugurkan dengan keraguan ‘‘
المشقة تجليب التيسير
“ Kesukaran Mendatangkan Kemudahan ”
الضرر يزالـــــــ
“ Kemudharatan Harus Di hilangkan ”
العــــــــــــا دة محكمة
“ Adat Kebiasaan Dapat Di tetapkan Sebagai Hukum ”
الامو ر بمقــــــاصدها
“ Setiap Perkara Tergantung Pada Tujuan ”
Para Ahli Hukum Islam menyebutkan bahwa semua ketentuan tentang disfensasi (rukhshah) dan keringanan syar’i di dasarkan pada kidah kaidah tersebut,semakna dengan kaidah ini ,Al Imam As syafi’I رضي الله عنه mengatakan : المشقة تجليب التيسير
“ Kesukaran Mendatangkan Kemudahan ”
الضرر يزالـــــــ
“ Kemudharatan Harus Di hilangkan ”
العــــــــــــا دة محكمة
“ Adat Kebiasaan Dapat Di tetapkan Sebagai Hukum ”
الامو ر بمقــــــاصدها
“ Setiap Perkara Tergantung Pada Tujuan ”
اذاضاق الأمر اتسع
“ Bila Suatu Perkara Menyempit Mka akan Meluas “
Sebaliknya
اذا اتسع الأمر ضاق
“ Jika Suatu Perkara Meluas Maka akan Menyempit ”
Dalam komentar nya ibnu abu hurairah menyatakan : “Aku Meletakkan segala sesuatu dalam ushul atas dasar pertimbangan jika ia menyempit maka hukumnya diperluas dan jika meluas hukumnya maka dijadikan menyempit.”
Al Ghazali menggabungkan kedua kaidah tersebut dalam al ihya’ denga Ungkapan :
كـــل ما تجاوزعن حده انعكس الي ضده
“ segala hal yang melampaui batasnya akan berbalik pada kebalikannya ”
Senda dengan kedua kaidah tersebut dari segi keterbalikannya ,kalangan ahli ushul menyatakan :”di maafkan yang selamanya,tetapi tidak pada permulaan .” dan pernyataan : ”Di maafkan yang permulaan ,tetapi tidak pada yang selamanya”
MAKNA LINGUISTIK KAIDAH
Masyaqqoh (kesukaran)menurut asal usul bahasanya berarti keletihan (Al Juhd) ,kepayahan (al ‘ina’),dan kesempitan (asy-syiddah) ,misalnya dikatakan : “شق عليه الأمرشقا ومشقة”apabila sesuatu itu sangat melelahkan atau menyulitkan .allah swt berfirman : Kamu Tidak Sanggup Sampai Kepadanya ,melainkan dengan kesukaran kesukaran (yang memayahkan)diri.
Sementara jalb asy syai’ menggiring dan mendatangkan Sesutu ,dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Sedangkan at taisir kemudahan dalam suatu pekerjaan ,tidak memaksakan diri,dan tidak memberatkan fisik .
Makna yang terbentuk dari makna dasar tersebut adalah bahwa jika ditemukan kesulitan dalam sesuatu ,maka ia menjadi penyebab syar’I yang dibenarkan untuk mempermudah,meringankan dan menghapus kesukaran serta kesukaran dari subjek hukum pada saat melaksanakan aturan aturan hukum dari segi apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar