Nasaruddin Umar
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama RI
Pendahuluan
Salah satu tempat utama yang dikunjungi ketika berhaji adalah
Ka’bah. Ketika Allah Swt mendeklarasikan sebuah rencana besar untuk menciptakan
makhluk yang kelak menjadi khalaifah, para malaikat serentak bertanya kepada
Allah, “Ya Allah, mengapa Engkau menciptakan manusia, bukankah mereka kelak
akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah?” Seketika itu Alla menjawab, “Aku
lebih tau dari yang kalian ketahui.” Kisah ini diabadikan dalam QS. Al-Baqarah
[2]: 30 berikur:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Dalam kitab Akhbar Makkah, terdapat beberapa riwayat
mengenai ayat ini. Ketika para malaikat mendengar jawabat seperti itu dari
Allah, para malaikat serentak beristigfar dan berhari-hari melakukan tawaf
mengitari ‘Arasy Allah. Lalu Allah Swt menciptakan miniature ‘Arasy, yaitu
Baitul Makmur, disitulah Adam dan Hawa juga ikut serta mencicipi ibadah tawaf
bersama para malaikat. Tetapi, Adam dan Hawa melakukan pelanggaran memakan buah
khuldi. Akibat pelanggaran itulah Adam dan Hawa kemudian dijatuhkan ke
bumi secara terpisah. Keduanya berjumpa disuatu tempat di Arafah dengan
senantiasa memohon ampun kepada Allah Swt. Pada saat itulah Allah Swt
memerintahkan malaikat membangun Ka’bah. Hal ini dikisahkan dalam QS.
Al-Baqarah [2]: 35-38 berikut ini.
Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surge
ini, dan makanlah makanan-makannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang zalim.”[35] Lalu
keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula, dan Kami berfirma: “Turunlah kamu! Sebagain kamu menjdi musuh bagi yang
lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan.”[36] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari
Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerimat
taubat lagi Maha Penyayang.[37] Kami berfirman: “Turunlah kamu semua
dari surge itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa
yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kehawatiran atas mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.”[38]. (QS. Al-Baqarah [2]: 35-38)
Hajar Aswad sebelumnya merupakan batu pualam yang sangat putih dan
berasal dari surge. Sekarang menjadi hitam, konon karena dosa anak cucu Adam.
Di tempat itulah, di depan Ka’bah, Adam dan Hawa bersimpuh memohon ampunan
Allah Swt, sehingga siapapun yang bersimpuh dihadapan Ka’bah memohon
ampunan-Nya maka ia akan diampuni segala dosa-dosanya.
Jika dosa kecil dapat diampuni dengan wudhu, dan dosa kelas
menengah dapat diampuni dengan shalat, maka dosa-dosa yang tidak dapat dihapus
dengan wudhu dan shalat dapat dihapus dengan haji yang mabrur. Di depan
Ka’bah-lah Adam menyesali perbuatannya seraya mengucapkan:
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan member rahmat kepada kami,
niscaya pastikan kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf [7]: 23)”
Dari situlah Adam dan Hawa melakukan tradisi sebagai mana yang
mereka lakukan di Baitul Makmur. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Ka’bah
tidak pernah sepi dari makhluk Allah yang melakukan tawaf disekelilingnya.
Ka’bah adalah bangunan suci yang berada pada urutan ke-14, yang di atasnya
terdapat bangunan-bangunan suci hingga sampai kapada ‘Arasy. Itukah sebabnya,
Ka’bah menjadi pusat gravitasi spiritual di bumi. Seratus ribu shalat di Masjid
Sunda Kelapa Baru dapat membandingi nilai shalat satu kali di dekat Ka’bah.
Disekitar Ka’bah terdapat bangunan suci, misalnya air Zamzam. Air
Zamzam memancar saat Siti Hajar lari ke sana kemanari mencari air untuk
kebutuhan bainya yang haus, yakni Ismail. Dari kaki bawah sang bayi memancarkan
air yang tiada henti sampai sekarang. Dalam sejarah modern, ada ilmuan yang
berusaha mengukur kedalaman dan berapa derasan debit air, tetapi tidak dapat
menghitungnya. Air Zamzam juga terbukti sebagai air yang paling bersih dan kaya
kandungan zat besi. Banyak penelitian membetukan bahwa air Zamzam adalah air
yang tidak sembarangan.
Keajaiban lain adalah Hajar Aswad. Banyak peristiwa terjadi pada
Hajar Aswad. Pada masa Muhammad Saw sebelum diangkat menjadi Nabi, ada perstiwa
yang kemudian mengantarkan Nabi Muhammad mendapat sebutan al-Amin (orang
yang dapat dipercaya). Ketika itu tengah terjadi perselisiahn dikalangan
penguasa Quraisy mengenai siapa yang paling berhak menempatkan kembali hajr
Aswad ke tempatnya. Lalu diputuskan, siapa yang pertama kali dating ke Ka’bah
maka dialah yang berhak menjadi hakim penengah terhadap perselisihan ini.
Kemudian, mereka melihat Muhammad Saw sebagai orang pertama yang dating ke
tempat itu dan mereka sepakat menjadikan sebagai pengah. Dengan penuh bijak,
Muhammad Saw mengambil kain surban dan meletakan batu (Hajar Aswad) di atasnya.
Setelah itu, masing-masing penguasa Quraisy yang berselisih diminta memegang
dan mengangkat kain berisi Hajar Aswad tersebut secara bersamaan dan
meletakannya ditempatnya. Pada saat itu mereka sepakat member gelar al-Amin kepada Muhammad Saw.
Bahkan pada masa pasca Rasulullah Saw, batu ini pernah diambil oleh
Abu Thahir dari Dinasti Qaramithah untuk dipindahkan ke Negara mereka yang
telah dibangun sebuah tempat yang disebut Dar al-Hijr. Belum sampai ke
negrinya, Abu Thahir meningal secara mengenaskan. Batu ini kemudian
dikembalikan oleh saudaranya dengan dibingkai tembaga, karena telah mengalami
keretakan akibat ulah Abu Thahir.
Disekitar Ka’bah juga terdapat Maqam Ibrahim. Pada acara manasik
haji mungkin ada mengenai ini. Orang yang belum mengetahui sejarah Ka’bah sulit
mendapatkan hikmah di balik ibadah haji. Di sekeliling Ka’bah juga terdapat
Hijr Ismail. Di sekeliling Ka’bah juga digantungkan kiswah atau kelambu Ka’bah
yang pada setiap dua tahun sekali diganti dengan baru.
Ka’bah adalah “rumah sakit jiwa” terbesar di dunia. Setiap orang
yang memiliki gangguan jiwa sekecil apapun, setelah dating ke Ka’bah seolah
membawa energy baru yang dapat menghilangkan gangguan-gangguan jiwa tersebut.
Satu hal yang patut disayangkan, karena banyak bangunan suci yang telah
diratakan, tetapi juga ada hikmah yang sangat besar, bahwa yang memimpin
wilayah Hijaz adalah penguasa Wahhabi yang sangat ketat terhadap hal-hal
yangberbau khurafat.
Ka’bah adalah kampong halaman spiritual kita. Kalau kita mudik
lebaran, misalnya ke Jawa, maka itu adalah mudik biologis, tetapi kalu ke
Ka’bah maka itu mudik spiritual. Pada hakikatnya kita adalah warga Negara
Ka’bah. Tidak ada paspor di depan Ka’bah, karena paspor itu adalah urusan
fisik. Dihadapan Ka’bah, semua orang sama, Arab maupun non-Arab, laki-laki
ataupun perempuan, duduk sejajar. Laki-laki boleh di depan dan perempuan boleh
di depan. Itulah Ka’bah, kampong halaman spiritual kita.
Tanah Haram
Mengapa disebut Tanah Haram? Memang, sampai saat ini orang
non-Muslim dilarang masuk ke Makkah. Dan hal ini menjadi kontroversi ketika
Snouck Hurgronje, orientalis Belanda, pernah menyamar menjadi seorang Muslim
bernama Abdul Ghafur dan bermukim di Makkah selama tiga tahun. Dia ingin
mempelajari mengapa jammah haji Indonesia selalu menjadi tokoh militant dan
pemimpin pergerakan sepulang dari Makkah. Ternyata mereka tidah hanya
menunaikan ibadah haji, tetapi juga belajar islah di sana.
Siapapun yang berniat tidak baik di Ka’bah, dia pasti ditimpa musibah,
walaupun ia seorang Muslim. Kita mengenal kisah pasukan gajah yang binasa
karena meraka bermaksud menghancurkan termpat suci ini. Kisah ini diabadikan
dalam QS. Al-Fil [105]: 1-5 berikut:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara gajah?[1] Bukankah
Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?[2]
dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,[3]
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,[4]
lalu Dia menjadikan mereka sepeti daun-daun yang dimakan (ulat).[5] (QS.
Al-Fil [105]: 1-5)
Ketika menafsirkan surat ayat-ayat di atas, Muhammad Abdul
menjelaskan bahwa kata thayr adalah sejenis virus mematikan yang menimpa
mereka yang memiliki niat buruk untuk menghancurkan Ka’bah. Ini sejalan dengan
peristiwa pada masa Nabi Shaleh a.s., dimana dari sebongkah batu keluarlah
unta. Karena kekufurannya, kaum Nabi Shaleh membunuh unta tersebut bahkan
memakannya, sehingga mereka yang memakan daging unta tersebut kulitnya menjadi
hitam, dan seolah mendengar suara yang dasyat maka bergelimpanganlah mereka.
Ada seorang ahli sejarah yang mengatakan bahwa unta yang mereka makan itu
mengeluarkan sejenis virus yang menimpa orang-orang yang memakn daginggya.
Ibadah di Ka’bah
Menurut Imam al-Gazali, ada beberapa halyang perlu
diperhatikan ketika kita menuju Ka’bah dan berniat menunaikan ibadah disana. Pertama,
jangan ada niat lain selain ibadah. Kedua, janagn meminta pertolongan
kepada orag jahat. Ketiga, hendaklah membawa bekal yang cukup selama
berada disana dan untuk orang yang ditinggalkan. Keempat, jangan terlalu
banyak menggunakan perhiasan. Kelima, jangan terlalu membebani kendaraan
yang digunakan. Pada masa Rasulullah Saw dan para sahabat, kendaraan yang
digunakan adalah unta atau khimar. Keenam, hendaklah mempersiapkan
binatang untuk kurban. Ketujuh, menjaga hati untuk senantiasa berbaik
sangka kepada oarng lain.
Ritual tawaf memiliki makna bahwa sesungguhnya semua makhluk Allah
Swt ini bertakwa, tidak ada yang tetap di tempat. Semua berada di garis
edarannya masing-masing. Matahari, bumi, dan bulan bahkan inti sel kita juga
bertakwa. Itulah sebabnya Makkah di sebut Tanah Suci, karena betul-betul
membersihkan segala dosa setiap orang yang dating bersimpuh dihadapan Ka’bah
memohon ampunan Allah Swt seperti Adam dan Hawa.
Transformasi Ibadah Haji
Ibadah haji termasuk rukun Islam. Melaksanakan haji adalah
kewajiban bagi yang mampu. Bagi yang belum mampu, haji bukanlah kewajiban. Melaksanakan
ibadah haji tidak sebatas perjalan spiritual, melainkan juga perjalanan sosial.
Berangkat ke Tanah Suci tidak sekedar bertalbiyah, shalat, dan memperbanayak
ibadah, melainkan juga momentum menyebarkan semangat perdamaian. Ibadah haji
mengajarkan arti persamman derajat dalam kain ihram yang putih, dan inilah
semangat yang sesuia dengan semangat persamman. Karena itu, segala bentuk
diskriminasi harus dihapuskan. Indonesia dengan Negara penduduk Mjslim
terbesar, setiap tahun mengirim ratusan ribu jemaah haji. Mereka dating dari
berbagai daerah di Indonesia, dengan beragam bahasa, budaya, dan keahlian.
Inilah momentum yang tepat untuk menyampaikan semangat perdamaian
dari Indonesia untuk dunia. Umat Isalam Indonesia, yang hidup damai
berdampingan dengan berbagai agama dan budaya lain, contoh yang baik untuk
perdamain dunia. Disaat dunia tak mampu menjaga keragamman justru keragaman
menimbulkan kekacauan, Indonesia mampu membangun kehidupan yang damai
berdampingan dalam keragaman.
Indonesia dilihat oleh dunia luar sebagai Negara berpendudukan
Muslim paling moderat. Hal ini bisa dilihat dari keberhasilan Indonesia
membangun karakter beragama yang mengedepankan soft power dalam mengembangkan
Islam. Sejak dahulu, para ulama menyebarkan Islam tanpa membuang atau
menegaskan warisan budaya yang telah ada. Bahkan, budaya yang ada justru
dijadika alat berdawah. Tak heran bahwa kini Islam begitu menyatu dengan
beragam budaya Nusantara yang beraneka ragam warna dan bentuk.
Jika misi ini dapat dilaksanakan, niscaya ibadah haji memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi spiritual berupa pengalaman batin yang sangat langka dan
berkualitas, serta dimensi sosial berupa sosialisasi keberagamaan yang
mengedepankan perdamaian dan persahabatan dengan siapapun di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar