Rabu, 08 Oktober 2014

Ibadah Haji dan Momentum perdamain Dunia

Nasaruddin Umar
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama RI
Pendahuluan
Salah satu tempat utama yang dikunjungi ketika berhaji adalah Ka’bah. Ketika Allah Swt mendeklarasikan sebuah rencana besar untuk menciptakan makhluk yang kelak menjadi khalaifah, para malaikat serentak bertanya kepada Allah, “Ya Allah, mengapa Engkau menciptakan manusia, bukankah mereka kelak akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah?” Seketika itu Alla menjawab, “Aku lebih tau dari yang kalian ketahui.” Kisah ini diabadikan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 30 berikur:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Dalam kitab Akhbar Makkah, terdapat beberapa riwayat mengenai ayat ini. Ketika para malaikat mendengar jawabat seperti itu dari Allah, para malaikat serentak beristigfar dan berhari-hari melakukan tawaf mengitari ‘Arasy Allah. Lalu Allah Swt menciptakan miniature ‘Arasy, yaitu Baitul Makmur, disitulah Adam dan Hawa juga ikut serta mencicipi ibadah tawaf bersama para malaikat. Tetapi, Adam dan Hawa melakukan pelanggaran memakan buah khuldi. Akibat pelanggaran itulah Adam dan Hawa kemudian dijatuhkan ke bumi secara terpisah. Keduanya berjumpa disuatu tempat di Arafah dengan senantiasa memohon ampun kepada Allah Swt. Pada saat itulah Allah Swt memerintahkan malaikat membangun Ka’bah. Hal ini dikisahkan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 35-38 berikut ini.

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surge ini, dan makanlah makanan-makannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”[35] Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula, dan Kami berfirma: “Turunlah kamu! Sebagain kamu menjdi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”[36] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerimat taubat lagi Maha Penyayang.[37] Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surge itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kehawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”[38]. (QS. Al-Baqarah [2]: 35-38)
Hajar Aswad sebelumnya merupakan batu pualam yang sangat putih dan berasal dari surge. Sekarang menjadi hitam, konon karena dosa anak cucu Adam. Di tempat itulah, di depan Ka’bah, Adam dan Hawa bersimpuh memohon ampunan Allah Swt, sehingga siapapun yang bersimpuh dihadapan Ka’bah memohon ampunan-Nya maka ia akan diampuni segala dosa-dosanya.
Jika dosa kecil dapat diampuni dengan wudhu, dan dosa kelas menengah dapat diampuni dengan shalat, maka dosa-dosa yang tidak dapat dihapus dengan wudhu dan shalat dapat dihapus dengan haji yang mabrur. Di depan Ka’bah-lah Adam menyesali perbuatannya seraya mengucapkan:

Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan member rahmat kepada kami, niscaya pastikan kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf [7]: 23)”
Dari situlah Adam dan Hawa melakukan tradisi sebagai mana yang mereka lakukan di Baitul Makmur. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Ka’bah tidak pernah sepi dari makhluk Allah yang melakukan tawaf disekelilingnya. Ka’bah adalah bangunan suci yang berada pada urutan ke-14, yang di atasnya terdapat bangunan-bangunan suci hingga sampai kapada ‘Arasy. Itukah sebabnya, Ka’bah menjadi pusat gravitasi spiritual di bumi. Seratus ribu shalat di Masjid Sunda Kelapa Baru dapat membandingi nilai shalat satu kali di dekat Ka’bah.
Disekitar Ka’bah terdapat bangunan suci, misalnya air Zamzam. Air Zamzam memancar saat Siti Hajar lari ke sana kemanari mencari air untuk kebutuhan bainya yang haus, yakni Ismail. Dari kaki bawah sang bayi memancarkan air yang tiada henti sampai sekarang. Dalam sejarah modern, ada ilmuan yang berusaha mengukur kedalaman dan berapa derasan debit air, tetapi tidak dapat menghitungnya. Air Zamzam juga terbukti sebagai air yang paling bersih dan kaya kandungan zat besi. Banyak penelitian membetukan bahwa air Zamzam adalah air yang tidak sembarangan.
Keajaiban lain adalah Hajar Aswad. Banyak peristiwa terjadi pada Hajar Aswad. Pada masa Muhammad Saw sebelum diangkat menjadi Nabi, ada perstiwa yang kemudian mengantarkan Nabi Muhammad mendapat sebutan al-Amin (orang yang dapat dipercaya). Ketika itu tengah terjadi perselisiahn dikalangan penguasa Quraisy mengenai siapa yang paling berhak menempatkan kembali hajr Aswad ke tempatnya. Lalu diputuskan, siapa yang pertama kali dating ke Ka’bah maka dialah yang berhak menjadi hakim penengah terhadap perselisihan ini. Kemudian, mereka melihat Muhammad Saw sebagai orang pertama yang dating ke tempat itu dan mereka sepakat menjadikan sebagai pengah. Dengan penuh bijak, Muhammad Saw mengambil kain surban dan meletakan batu (Hajar Aswad) di atasnya. Setelah itu, masing-masing penguasa Quraisy yang berselisih diminta memegang dan mengangkat kain berisi Hajar Aswad tersebut secara bersamaan dan meletakannya ditempatnya. Pada saat itu mereka sepakat member gelar al-Amin  kepada Muhammad Saw.
Bahkan pada masa pasca Rasulullah Saw, batu ini pernah diambil oleh Abu Thahir dari Dinasti Qaramithah untuk dipindahkan ke Negara mereka yang telah dibangun sebuah tempat yang disebut Dar al-Hijr. Belum sampai ke negrinya, Abu Thahir meningal secara mengenaskan. Batu ini kemudian dikembalikan oleh saudaranya dengan dibingkai tembaga, karena telah mengalami keretakan akibat ulah Abu Thahir.
Disekitar Ka’bah juga terdapat Maqam Ibrahim. Pada acara manasik haji mungkin ada mengenai ini. Orang yang belum mengetahui sejarah Ka’bah sulit mendapatkan hikmah di balik ibadah haji. Di sekeliling Ka’bah juga terdapat Hijr Ismail. Di sekeliling Ka’bah juga digantungkan kiswah atau kelambu Ka’bah yang pada setiap dua tahun sekali diganti dengan baru.
Ka’bah adalah “rumah sakit jiwa” terbesar di dunia. Setiap orang yang memiliki gangguan jiwa sekecil apapun, setelah dating ke Ka’bah seolah membawa energy baru yang dapat menghilangkan gangguan-gangguan jiwa tersebut. Satu hal yang patut disayangkan, karena banyak bangunan suci yang telah diratakan, tetapi juga ada hikmah yang sangat besar, bahwa yang memimpin wilayah Hijaz adalah penguasa Wahhabi yang sangat ketat terhadap hal-hal yangberbau khurafat.
Ka’bah adalah kampong halaman spiritual kita. Kalau kita mudik lebaran, misalnya ke Jawa, maka itu adalah mudik biologis, tetapi kalu ke Ka’bah maka itu mudik spiritual. Pada hakikatnya kita adalah warga Negara Ka’bah. Tidak ada paspor di depan Ka’bah, karena paspor itu adalah urusan fisik. Dihadapan Ka’bah, semua orang sama, Arab maupun non-Arab, laki-laki ataupun perempuan, duduk sejajar. Laki-laki boleh di depan dan perempuan boleh di depan. Itulah Ka’bah, kampong halaman spiritual kita.

Tanah Haram
Mengapa disebut Tanah Haram? Memang, sampai saat ini orang non-Muslim dilarang masuk ke Makkah. Dan hal ini menjadi kontroversi ketika Snouck Hurgronje, orientalis Belanda, pernah menyamar menjadi seorang Muslim bernama Abdul Ghafur dan bermukim di Makkah selama tiga tahun. Dia ingin mempelajari mengapa jammah haji Indonesia selalu menjadi tokoh militant dan pemimpin pergerakan sepulang dari Makkah. Ternyata mereka tidah hanya menunaikan ibadah haji, tetapi juga belajar islah di sana.
Siapapun yang berniat tidak baik di Ka’bah, dia pasti ditimpa musibah, walaupun ia seorang Muslim. Kita mengenal kisah pasukan gajah yang binasa karena meraka bermaksud menghancurkan termpat suci ini. Kisah ini diabadikan dalam QS. Al-Fil [105]: 1-5 berikut:

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah?[1] Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?[2] dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,[3] yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,[4] lalu Dia menjadikan mereka sepeti daun-daun yang dimakan (ulat).[5] (QS. Al-Fil [105]: 1-5)
Ketika menafsirkan surat ayat-ayat di atas, Muhammad Abdul menjelaskan bahwa kata thayr adalah sejenis virus mematikan yang menimpa mereka yang memiliki niat buruk untuk menghancurkan Ka’bah. Ini sejalan dengan peristiwa pada masa Nabi Shaleh a.s., dimana dari sebongkah batu keluarlah unta. Karena kekufurannya, kaum Nabi Shaleh membunuh unta tersebut bahkan memakannya, sehingga mereka yang memakan daging unta tersebut kulitnya menjadi hitam, dan seolah mendengar suara yang dasyat maka bergelimpanganlah mereka. Ada seorang ahli sejarah yang mengatakan bahwa unta yang mereka makan itu mengeluarkan sejenis virus yang menimpa orang-orang yang memakn daginggya.

Ibadah di Ka’bah
Menurut Imam al-Gazali, ada beberapa halyang perlu diperhatikan ketika kita menuju Ka’bah dan berniat menunaikan ibadah disana. Pertama, jangan ada niat lain selain ibadah. Kedua, janagn meminta pertolongan kepada orag jahat. Ketiga, hendaklah membawa bekal yang cukup selama berada disana dan untuk orang yang ditinggalkan. Keempat, jangan terlalu banyak menggunakan perhiasan. Kelima, jangan terlalu membebani kendaraan yang digunakan. Pada masa Rasulullah Saw dan para sahabat, kendaraan yang digunakan adalah unta atau khimar. Keenam, hendaklah mempersiapkan binatang untuk kurban. Ketujuh, menjaga hati untuk senantiasa berbaik sangka kepada oarng lain.
Ritual tawaf memiliki makna bahwa sesungguhnya semua makhluk Allah Swt ini bertakwa, tidak ada yang tetap di tempat. Semua berada di garis edarannya masing-masing. Matahari, bumi, dan bulan bahkan inti sel kita juga bertakwa. Itulah sebabnya Makkah di sebut Tanah Suci, karena betul-betul membersihkan segala dosa setiap orang yang dating bersimpuh dihadapan Ka’bah memohon ampunan Allah Swt seperti Adam dan Hawa.

Transformasi Ibadah Haji
Ibadah haji termasuk rukun Islam. Melaksanakan haji adalah kewajiban bagi yang mampu. Bagi yang belum mampu, haji bukanlah kewajiban. Melaksanakan ibadah haji tidak sebatas perjalan spiritual, melainkan juga perjalanan sosial. Berangkat ke Tanah Suci tidak sekedar bertalbiyah, shalat, dan memperbanayak ibadah, melainkan juga momentum menyebarkan semangat perdamaian. Ibadah haji mengajarkan arti persamman derajat dalam kain ihram yang putih, dan inilah semangat yang sesuia dengan semangat persamman. Karena itu, segala bentuk diskriminasi harus dihapuskan. Indonesia dengan Negara penduduk Mjslim terbesar, setiap tahun mengirim ratusan ribu jemaah haji. Mereka dating dari berbagai daerah di Indonesia, dengan beragam bahasa, budaya, dan keahlian.
Inilah momentum yang tepat untuk menyampaikan semangat perdamaian dari Indonesia untuk dunia. Umat Isalam Indonesia, yang hidup damai berdampingan dengan berbagai agama dan budaya lain, contoh yang baik untuk perdamain dunia. Disaat dunia tak mampu menjaga keragamman justru keragaman menimbulkan kekacauan, Indonesia mampu membangun kehidupan yang damai berdampingan dalam keragaman.
Indonesia dilihat oleh dunia luar sebagai Negara berpendudukan Muslim paling moderat. Hal ini bisa dilihat dari keberhasilan Indonesia membangun karakter beragama yang mengedepankan soft power dalam mengembangkan Islam. Sejak dahulu, para ulama menyebarkan Islam tanpa membuang atau menegaskan warisan budaya yang telah ada. Bahkan, budaya yang ada justru dijadika alat berdawah. Tak heran bahwa kini Islam begitu menyatu dengan beragam budaya Nusantara yang beraneka ragam warna dan bentuk.
Jika misi ini dapat dilaksanakan, niscaya ibadah haji memiliki dua dimensi, yaitu dimensi spiritual berupa pengalaman batin yang sangat langka dan berkualitas, serta dimensi sosial berupa sosialisasi keberagamaan yang mengedepankan perdamaian dan persahabatan dengan siapapun di dunia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar